‘Sepucuk Surat Untuk Ukhti..’
Ukhti…Besarnya
tudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju
redha tuhanmu,mungkinkah besarnya tudungmu itu hanya digunakan sebagai
fashion atau gaya zaman sekarang, atau mungkin tudung besarmu hanya
dijadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan
bahkan bisa tudung besarmu hanya akan dijadikan sebagai identitimu
saja, supaya bisa mendapat gelaran akhawat dan dikagumi oleh banyak
ikhwan.
Ukhti…tertutupnya tubuhmu tidak menjamin
bisa menutupi aib saudaramu,keluargamu bahkan diri antunna sendiri,
cuba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu
bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk
seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sedari melalui
ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu,
bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu
Ukhti…lembutnya
suaramu mungkin selembut sutera bahkan lebih dari pada itu, tapi
akankah kelembutan suara antunna sama dengan lembutnya kasihmu pada
saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua
orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu.
Ukhti…lembutnya
parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju
yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan
anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan
jiwa dan raga bahkan nyawa sekali pun dengan titis darah terakhir,
akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang
ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.
Ukhti…Rajinnya
tilawahmu tak menjamin serajin dengan solat malammu,mungkinkah
malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju tuanmu dengan bangun
di tengah malam dan di temani dengan butiran-butiran airmata yang jatuh
ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya
berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan,atau sebaliknya,
malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina
bobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun solat
subuh.
Ukhti…Cerdasnya dirimu tak menjamin
bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu
bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang entum
dapatkan, ataukah antunna tidak peduli sama sekali akan kecerdasan
temanmu, saudaramu bahkan keluargamu,sehingga membiarkannya begitu saja
sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang snagat mengerikan yaitu
maksiat.
Ukhti…cantiknya wajahmu tidak
menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri
antum sendiri, pernahkah antum menyadari bahwa kecantikan yang antum
punya hanya titipan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan
antum masih terlihat cantik,jangan-jangan kecantikanmu hanya di
jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan
senyuman-senyuman busukmu.
Ukhti…tundukan
pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan
semangatmu untuk berani menundukkan musuh-musuhmu,terlalu banyak musuh
yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa
nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu.
Ukhti…tajamnya
tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan
tajamnya kepekaan dirimu terhad apa warga sesamamu yang tertindas di
palestina, pernahkah antum menangis ketika mujahid-mujahidah kecil
tertembak mati, atau dengan cuak membiarkan begitu saja, pernahkah
antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para
mujahidah-mujahidah teladan.
Ukhti…lirikan
matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati
saudaramu yang senang bermaksiat, cuba antunna perhatikan dunia
sekelilingmu masih banyak teman,saudara bahkan keluarga antum sendiri
belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang
antum rasakan, bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar
bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan,
sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa
merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lazatnya hidup dalam
kemuliaan islam.
Ukhti…Putihnya kulitmu
tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan
keluargamu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit
yang merugikan seperti riya dan sombong, pernahkah antum membanggakan
diri ketika kesuksesan dakwah telah di raih dan merasa diri paling wah,
merasa diri paling aktif,bahkan merasa diri paling cerdas di tas
rata-rasat akhwat yang lain,sesombong itukah hatimu, lalu di manakah
beningnya hatimu, dan putihnya cintamu.
Ukhti…rajinnya
ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke mesjid atau mushola,
sadarkah antum kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masihterliat kosong
dan menghawatirkan, tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja,
bahkan kalaupun infaq, kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh
yang antum masukkan, maukah antum di beri rizki sepelit itu.
Ukhti…rutinnya
halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunanah senin kamis yang antum
laksanakan , kejujuran hati tidak bisa di bohongi,kadang semangat fisik
begitu bergelora untuk di laksanakan tapi, semangat ruhani tanpa di
sadari turun drastic, puasa yaumul bith pun terlupakan apalagi puasa
senin kamis yang di rasakan terlalu sering dalam seminggu, separah
itukah hati antum, makanan fisik yang antum pikirkan dan ternyata
ruhiyah pun butuh stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana
akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi
Ukhti…manisnya
senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang
sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang
antum lewati, sikap ramahmu pada orang antum temui sangat jarang
terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuex dan menyebalkan, kalau
itu kenyataannya bagaimana orang lain akan simpati terhadap komunitas
dakwah yang memerlukan banyak kader, ingat!!! Dakwahtidak memerlukan
antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kitas emua memrlukan
dakwah
Ukhti…rajinnya shalat malammu tidak menjamin keistiqomahan seperti rosulullah sebagai panutanmu.
Ukhti…ramahnya
sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang kholikmu,
masihkah antum senang bermanjaan dengan tuhanmu dengan shalat duhamu,
shalat malammu?
Ukhti…dirimu bagaikan
kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi,akankah nama harummu di
sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah antum ketika sang mujahid
akan segara menghampirimu.
Ukhti…masih
ingatkah antum terhadap pepatah yang masih teringiang sampai saat ini
bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik,jadi siap-siaplah
sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu.
Ukhti…Baik
buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam
surga rabbmu.Maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek,
tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan
terbukti dalam hidup sehari-harimu.
Ukhti…muhasabah
yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung
kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang dilakukan siang hari, atau
bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu,
sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan
sebelum tidur, antum tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah
kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlak busuk mu di lupakan, kenapa
muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri
bukankah akhwat yang hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik.
Ukhti…pernahkah
antum bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah
yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti, bukankah
apa yang antum pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin
mencari istri yang solehah dan seorang mujahidah, kenapa tidak dari
sekarang antum mempersiapkan diri menjadiseorangan mujahidah yang
solehah
Ukhti…apakah kebiasaan
buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri antum,seperti
bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang
tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa
bantu 0rang tua, kapan akan menjadi anak yang biru walidain, kalau
memang itu terjadi jadi sampai kapan, mulai kapan antum akan mendapat
gelar mujahidah atau akhwat solehah.
Ukhti…apakah
pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat
seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya
mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandangannmu hanya menjadi
alasan belaka karena merasa berkerudung besar.
Ukhti…
hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang,
sanggupkah antum menjaga izzah yang antum punya, atau sebaliknya antum
bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan
merusak citra akhwat yang lain, kadang orang lain akan mempunyai
persepsi di sama ratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang
lain, jadi kalo antum sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan
merusak citra akhwat yang lain.
Ukhti…dirimu
menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan
brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya buruk tapi
semua orang menginginkan istri yang solehah,siapkah antum sekarang
menjadi istri solehah yang selalu didamba-dambakan oleh semua orang?
Sumber : Bunga kasih bertangkai duri
http://muharikah.com/archives/2415/
p/S : peringantan buat diri ini dan ukhti sekalian....
No comments:
Post a Comment